Selasa, 14 Januari 2014

Analisis Lagu Dolanan Jawa

SASTRA LISAN
LAGU DOLANAN JAWA

PADANG BULAN
Lagu dolanan ini banyak versinya, berikut ini syairnya:
I
Ya prakanca dolanan ing njaba
Padhang bulan, padhange kaya rina
Rembulane kang wis ngawe-ngawe
Ngelingake aja turu sore-sore
II
Ya Prakanca dolana nang jaba  
(ayo teman-teman bermain di luar)
Padhang bulan, padhange kaya rina      
(rembulan bersinar terang seperti siang hari)
Rembulane wis ngawe-ngawe     
(rembulannya sudah melambaikan tangan)
Ngelingake ojo turu sore-sore
(mengingatkan jangan tidur sore-sore)
Ya prakanca dha padha mrene   
(ayo teman-teman bersama-sama kesini)
Bareng-bareng dolanan suka-suka         
(bersama-sama bermain suka ria)
Langite padhang sumebar lintang          
(langit terang penuh bintang)
Ya padha dolanan sinambi cangkriman
(ayo bermain bersama sambil bermain tebakan)

Dalam lagu ini syair dari tembang dolanan padang bulan apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi:
Ayo teman-teman bermain diluar
Cahaya bulan yang terang benderang
Rembulan yang seakan-akan  melambaikan tangan
Mengingatkan kita untuk tidak tidur sore-sore
Dalam tembang dolanan padang bulan mengandung makna religius atau keagamaan. Maksudnya adalah kita hendaknya bersyukur kepada yang maha kuasa unuk menikmati keindahan alam dan untuk menunjukkan rasa syukur itu kita diharapkan agar tidak tidur diwaktu sore atau menjelang maghrib tiba, karena kita bisa melaksanakan ibadah diwaktu malam dan waktu istirahat itu sudah ada kapan waktunya. Jadi tidur menjelang maghib atau tidur sore-sore itu terkadang membuat orang ling-lung atau seperti orang yang kebingungan. Dan biasanya orang yang sering tidur diwaktu sore seperti kehilangan ingatan sebentar tetapi selanjutnya akan susah kalau mau tidur lagi mesti orang itu bergadang akhirnya.
Dalam lagu dolanan padang bulan ini bunyi atau rimanya itu bersajak AA BB karena baris pertama dan kedua huruf terakhir vokalnya sama ( a a ), dan begitu pula baris ketiga dan keempat huruf terakhirnya sama vokalnya yaitu ( e e ). Tanda yang terdapat dalam lagu dolanan tersebut pada baris kedua padhang bulan, padhange kaya rina yang menunjukkan bahwa pada saat itu bulan bersinar terang banget seperti siang hari dan ada juga pada baris ke empat ngelikake aja turu sore-sore yang bertanda bahwa tidur sore itu tidak baik atau orang jawa mengatakan “ora ilok”. Suasana dalam lagu tersebut menggambarkan pada waktu sore saat matahari akan tenggelam dan saat itu juga bertepatan dengan bulan yang teran benderang seperti bulan purnama, orang tua biasanya mengingatkan anak-anaknya agar tidak tidur dahulu sebelum malam tiba atau waktu istirahat menghampiri.
Dalam lagu dolanan padang bulan ini bermaksud untuk mengingatkan anak-anak kecil dan pemuda-pemudi agar tidak tidur sore-sore karena itu waktunya beribadah. Jadi waktu beribadah jangan digunakan untuk istirahat lebih baik untuk bermain-main atau belajar dahulu daripada untuk tidur, sebab istirahat itu ada waktunya sendiri. Jadi mulai dari kecil atau sekarang sebelum terlambat belajarlah memanage waktu sebaik mungkin, agar dewasa kelak dapat mengatur jadwal dan cita-cita atau impianmu mudah tercapai.


















Lagu Dolanan Gotri Nagasari

Gotri Nagasari

Gotri legendri nogosari, ri
Riwul iwal-iwul jenang katul, tul
Tulen olen-olen dadi manten, ten
Tenono mbesuk gedhe dadi opo, po
Podheng mbako enak mbako sedeng, deng
Dengklok engklak-engklok koyo kodok

versi sanesipun:

Gotri Nagasari

Tri logendri nagasari ri
Triwul iwal iwul jenang katul..tul
Dolan awan-awan ndelok manten ..ten
Titenano mbesok gedhe dadi opo..po
Podho mbako enak mbako sedheng dheng
Dhengkol ela-elo dadi kodok


Lagu dolanan ini cenderung memainkan rima, kata-katanya berulang-ulang seperti kata iwal-iwul, awan-awan, ela-elo dan dalam kata tersebut kembali berulangnya itu dibagian akhir kalimat kata yang diakhir kalimat yang diambil misalnya dalam kata nagasari ‘ri’, katul ‘tul’, manten ‘ten’, opo ‘po’ dan yang terakhir sedheng ‘dheng’. Pola didalam lagu ini itu adalah pola yang unik, bahwa setiap rima suku kata akhir kalimat akan menjadi suku kata pembuka kalimat berikutnya. Suasana yang terdapat dalam lagu dolanan ini pada siang hari disaat ada orang yang lagi menikah sedang melaksanakan akad atau perjanjian yang berisikan agar dalam pernikahan itu ada suatu tujuan yang mendalam dan bertumpu pada suatu titik temu tertentu. Lagu ini menggunakan majas metafora karena dalam syairnya mengibaratkan dengan sesuatu yang berbeda.
Lagu dolanan gotri nagasari ini mengandung makna yaitu bahwa setiap manusia harus mempunyai tujuan didalam hidupnya. Dari kecil manusia sudah diajari bagaimana hidupnya nanti jika ia telah beranjak dewasa dan akan menjadi tua. Terutama jika akan mencari jodoh manusia itu harus berhati-hati dalam memilih, jangan sampai salah. Jika salah hidupmu akan seperti katak yang hanya plonga-plongo. Memang orang-orang sekarang itu sudah tidak memperhatikan hal yang sekarang dianggap sepele atau bahkan sudah terlupakan oleh masyarakat zaman sekarang. Anak-anak sekarang sudah tidak peduli atau memang belum tau bahwa didalam negerinya itu terdapat banyak kebudayaan yang slah satunya lagu dolanan jawa ini. Lagu dolanan jawa sepertinya akan rapuh atau bisa dikatakan sudah menghilang, maka dari itu kita sebagai generasi muda mulailah cintai dan lestarikan budaya yang ada dinegeri kita ini. Sungguh kasihan para leluhur dan nenek moyang kita, mereka akan menangis dan kecewa melihat anak cucunya yang tak mempunyai rasa peduli terhadap kekayaan dan budayanya sendiri.
Nada akhir dari kalimat lagu kedua menjadi nada final atau nada akhir dari keseluruhan kalimat lagu tersebut, tetapi sekaligus menjadi nada awal dari kalimat lagu yang baru. Didalam lagu ini terlihat bahwa susunan kontur melodinya itu sederhana dan memiliki kecenderungan yang berulang seperti sebuah siklus. Kesederhanaan yang ada ini sangat sesuai dengan dunia anak karena lagu ini mudah diingat dan dinyanyikan yang nadanya hanya naik dan turun saja. Tetapi teks diatas itu tidak mudah atau akan sulit dimengerti oleh anak-anak zaman sekarang karena kesulitan pemahaman terhadap bahasa yang dipakai ( bahasa jawa yang dulu/lama ) dan sering dalam lagu seperti itu menggunakan kata yang tidak berarti begitu juga dengan kalimatnya terkadang tidak dapat menyambung dengan kalimat lainnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lagu tersebut tidak sekedar lagu yang mempermainkan kata saja, tetapi dibalik itu ada permainan logika dan rasa musikal yang dapat menumbuhkan semangat anak.



Siji loro telu

siji loro telu...
astane sedeku.....
mirengake pak guru,
menawi di dangu....
papat, nuli limo....
lenggahing sing toto....
ojo podo sembrono,
mundak ora biso

Dalam lagu ini tersirat makna yang baik juga untuk anak-anak TK atau PAUD. Lagu ini bunyi atau rimanya bersajak AAAA baris 1-4 itu huruf akhir vokalnya sama semua yaitu “U” sebaliknya dengan baris 5-8 juga seperti itu huruf akhirnya “O”. kata dalam lagu ini mudah diinget dan cepat dipahami oleh siapapun yang mendengar lagu tersebut. Makna yang terkandung dalam lagu tersebut adalah agar setelah bel berbunyi atau sudah mendengar tanda masuk anak-anak langsung bergegas duduk dengan rapi, tangan dilipat tumpang tindih (sedeku). Kemudian lekas mendengarkan dengan baik saat bapak dan ibu guru mulai mengajar. Jika ditanya oleh Bu Guru lekas acungkan tangan keatas kemuian jawab sebisanya jangan takut salah. hal yang paling penting yaitu jangan sampai bersenda gurau dan gaduh saat pelajaran ( belajarlah untuk menghargai orang yang sedang berbicara, apalagi orang tersebut lebih tua dari kita ). Suasana yang tergambarkan didalamnya yaitu pagi hari yang cerah juga semua orang terlihat bahagia dengan senyum pagi mereka kepada dunia tetapi terwakili oleh banyaknya anak-anak kecil yang sungguh begitu riang dan kelihatan tanpa ada beban yang terbesit dipikirannya.
Didalam tembang siji loro telu ini mengandung ajaran moral yang luhur budinya, agar anak tidak gaduh dengan sendirinya. Lagu ini juga mengajari bab tentang masalah angka dengan urut-urutannya.


KONING
Koning-koning kawula,
Kae lara-lara
Ngenteni si kodhok lengking,
Endhog siji kapipilan
Endhog loro kacombaran
Dhi oyak-oyak tawon geni,
Ni, cangkir cendhana,
Kiwa mbang cepaka,
Sisih mbang telasih,
Sabuk bendha kayu loka,
Bung kecubung kemlungkung,
Mentiyung neblem,
Lie guna lir bayar,
Tak gelung-gelung malang
Tak gelung-gelung kondhe,
Ambune walang gudheder,
Anggesondher angelewer
Koning-koning
JA RATU
Ja ratu, ja ratu sewandana,
Angundhuh semangka jingga,
Raden ayu tampanana,
Ana bendhe rowe-rowe,
Bendhene si Panji Raden,
Remu-remu kecubung kalingan nila,
Nila werdi, golak-galing aneng beji,
Dhog-dhog pyar putrine saweg napa.



Anti-anti
Anti-anti njogeda selaning damuh
Genjong anggung leter
Bedhuh telu jambe dami supit urang kayu
Lanang aja singset aja kendho
Yen kendho mungsuhmu lara
Yen singset mungsuhmu seket
Tapiha lurik kembena bathik

Ora lali klesedan turu njogan ngalih longan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar