Kamis, 02 Januari 2014

tembang macapat dan tembang gedhe



A.    Pengertian Tembang Macapat
Tembang macapat merupakan puisi rakyat yang khas. Tembang macapat adalah salah satu karya pujangga namun penyebarannya secara lisan yang telah turun tumurun. Macapat di dalam penggunaanya lebih menekankan unsur suara untuk menghibur dan maknanya hanya di sampaikan sekilas saja. Sehingga macapat merupakan tradisi yang melisankan karya sastra tertulis. Sampai saat ini tradisi pelestarian macapat masih hidup di kalangan masyarakat Jawamasyarakat banyak menyelenggarakan kegiatan macapatan, yaitu tradisi membaca tembang macapat. Macapatan adalah lantunan tembang macapat yang biasanya membaca teks-teks klasik.
Tembang macapat ada beberapa ragam, yaitu :
a.    Macapat Dokumentatif Zaman.
b.    Macapat Wejangan.
c.    Macapat Ritual ( ritual song ).
d.   Macapat Penolak Balak.
e.    Macapat Mistik ( mysticism song ).
f.     Uran-uran Lambang Praja.
Ciri –ciri tembang macapat:
1.terkait dengan guru : guru lagu, guru wilangan, guru gatra
2.bahasanya jawa baru diselingi bahasa jawa kuna
3.isinya tentang nasehat, asusila, dogeng, dan cerita wayang.

Jenis-jenis tembang macapat:
a.mijil
b.maskumambang
c.khinanti
d.sinom
e.asmaradana
f.durma
g.dhangdang gula
h.gambuh
i.pangkur
j.pocung
k.megatruh

B.     Pengertian Tembang Gedhe
Tembang gedhe termasuk folklore yang kurang dikenal oleh anak-anak zaman sekarang karena sudah terpengaruh oleh eksistensi lagu-lagu yang sekarang. Tembang gedhe lebih sering digunakan oleh wayang kulit.
Sedangkan, penggunaan tembang gedhe sebagai suluk yang biasanya merupakan lukisan suasana antara lain :
a.       Suasana Sedih.
b.      Suasana Takjub.         Tebu Kasol.
c.       Suasana Cakramanggilingan.          Suluk Plencung.
d.      Suasana Penuh Hikmah.           Bramarawilasita.
Ciri-ciri tembang gedhe :
1.setiap bait terdiri dari 4 gatra atau 4 wanda pada pala (pala lingsa).
2.dua gatra atau dua pada disebut satu pada dirga.
3.empat gatra disebut juga dengan 2 pada dirge atau sapa deswara atau satu pada iswara.
4.tiap-tiap pala atau gatra jumlah satu kata adalah sama, biasa disebut laku atau lampah.
Contoh tembang gedhe :
-          Kusumastuti
-          Maduretno
-          Kusumacitro
-          Candrakusuma
-          Merak nguwuh
-          Tepi kawuri

C.Penggunaan tembang macapat dan tembang gedhe dalam kesenian
                  Tembang macapat lebih sering digunakan untuk hiburan, seperti pada aktivitas kesenian yaitu jathilan, ketoprak, wayang , langendriyan, langenmandrawanaran, dan lain-lain. Tembang gedhe lebih banyak digunakan atau dikolaborasikan dengan gendhing-gendhing jawa, khususnya untuk bawa dan buka gendhing.
                  Tembang itu berdiri sendiri sebagai seni vokal, berbeda dengan tembang macapat, yang banyak memunculkan tradisi-tradisi membaca macapat berbagai paguyuban. Tembang macapat dan tembang sangat berhubungan erat di dalam kesenian budaya jawa pokoknya yang berbau jawa-jawa.















Pengalisisan
            Sebenarnya buku ini “Tradisi Lisan Jawa” karangan Suwardi Endraswara sangat baik, disitu pemaparan materi –materinya sudah sangat jelas dan sangat mudah untuk dipahami apalagi sudah diberi keterangan dengan adanya contoh-contoh dan penjelasan contohnya itu untuk mendukung isi buku tersebut. Tapi mungkin ada beberapa bab yang ada di buku tersebut tidak ada penjelasan dan kurang ada hal-hal  yang tidak di cantumkan. Walaupun begitu tetap buku ini enak untuk dibaca. Di buku ini bab tentang tembang  macapat dan tembang gedhe  sudah sangat jelas dan baik sekali menurut kami sudah lengkap.
            Sebenarnya kalau berbicara tentang tembang, semua orang pasti sudah tau apa itu tembang dan apa itu wujudnya. Tembang itu erat hubungan dengan budaya jawa maupun adat jawa sesuatu yang berhubungan dengan jawa pokoknya. Macapat itu merupakan seni tradisi lisan yang telah turun-menurun di kembangkan oleh nenek moyang kita dijaman dahulu kala. Begitu juga dengan tembang gedhe sudah menjadi warisan tradisi lisan yang secara turun –menurun diwariskan lewat lisan nenek moyang kita dahulu.

4 komentar: