Selasa, 14 Januari 2014

contoh makalah fonologi

RANGKUMAN FONOLOGI



NAMA  : FATIKHATUL MUNIROH
PRODI/ROMBEL   : SASTRA JAWA/1
NIM : 2611412022
       SEMESTER   : 1

FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012-2013
 FONOLOGI
·         Konsep Fonologi
·         Fonologi berasal dari kata fon dan logos (bunyi dan ilmu),fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang dikeluarkan oleh alat ucap manusia.

·         Bunyi Bahasa   :     Bunyi Vokal  (a, i, u, e, o, כ, ə,)
                                       Bunyi Konsonan (dh, th, d, t, r, lsp)
                               Bunyi Sengau/nasal (m, -n, ny, -ng)
·        Alat Ucap Manusia (misalnya mulut, dsb)

·        Fonologi  :   1. Fonetik ; Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang dikeluarkan oleh alat  ucap manusia untuk tidak pembeda arti. Contoh ; Geni, Angin, Batik dll
2. Fonemik ; Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang menggunakan bunyi
untuk  mempelajari bunyi secara keseluruhan (tidak hanya bunyi bahasa saja)
untuk pembeda arti. Contoh ; Loro dan Lara (Lכrכ)

·         Fonetik ; 1. Organis/Artikulatoris : Mempelajari bagaimana bunyi dapat dihasilkan oleh alat ucap
                                                       manusia. Misalnya : Bagaimana bunyi [p], [b[ dihasilkan oleh
                                                       mulut.
               2. Akustik                      : Mempelajari sifat-bunyi. Misalnya ; Amplitudo, Intensitas
                  3. Audiotoris              : Mempelajari bagaimana bunyi dapat didengar oleh telinga
                              manusia. Misalnya : Bagaimana bunyi ketukan yang dihasilkan
Folded Corner:  A,I,U,E,O
BA,BI,BU,BE,BO
Kala kula kulak kolang-kaling
 Kolang-kaling kula kutah kinthir kendang ing kali kek

                              oleh meja dapat didengar oleh telinga manusia.





  Fonem           : Bunyi bahasa yang mandiri yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan memiliki 
                          kemampuan untuk membedakan arti.
  Fonem vokal                              : Bunyi bahasa yang mandiri yang dihasilkan oleh alat ucap manusia ridak mengalami
                          hambatan bunyi dan memilikikemampuan untuk membedakan arti .
                          Misalnya ; a, i, u, e, o, כ, ə
  Alofon                 : Variasi dari sebuah fonem dan tidak memiliki kemampuan untuk membedakan 
                                  makna. Misalnya ; ɛ

·         Klasifikasi Bunyi Bahasa
·         VOKAL, KONSONAN, SEMIVOKAL
Vokal                     :Bunyi yang pada proses pengucapannya tidak ada hambatan pada alat ucap
                                  manusia (tidak mengalami adanya artikulasi),
Konsonan             : Bunyi yang diproduksi dengan menghambat arus udara pada sebagian alat cap
                                  manusia (terdapat artikulasi).
Semi Vokal          :Bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada saat 
                                 diartikulasikanbelum membentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi tersebut disebut
                                 bunyi semi-vokal atau semi-konsonan.
·         NASAL/SENGAU, ORAL
Nasal/Sengau  : Bunyi yang terjadi  apabilaudara keluar/disertai keluarnya udara melalui rongga 
                          hidung dengan cara menyentuhkan langit-langit lunak beserta ujung anak tekaknya.
Oral                 : Bunyi yang terjadi ketika langit-langit lunak beserta ujung anak tekak menaik dan
                          menutupimenutupi rongga hidungsehingga udara hanya keluar melalui rongga
                          mulut  saja.
·         BUNYI KERAS (FORTES) dan BUNYI LUNAK (LENES)
Bunyi keras     : Bunyi bahasa disebut keras apabila pada saat diartikulasikan disertai ketegangan
                          kekuatan arus udara)
Bunyi Lunak   : Bunyi bahasa disebut lunak apabila pada saat diartikulasikan tidak disertai
                          ketegangan kekuatan arus udara.

·         BUNYI PANJANG dan BUNYI PENDEK
              Bunyi panjang dan pendek perbedaan keduanya didasarkan pada lamanya bunyi itu diucapkan/lamanya bunyi itu diartikulasikan.

·     BUNYI RANGKAP (DIFTONG) dan BUNYI TUNGGAL
Bunyi Rangkap                           : Bunyi yang terdiri dari 2 bunyi yang terdapat pada satu suku kata.
Bunyi Tunggal                             : Bunyi yang terdapat dalam 2 suku kata yang berbeda.
              Klaster terjadi apabila ada 2 konsonan yang berada padasatu suku kata.

·         BUNYI NYARING dan BUNYI TAK NYARING
              Bunyi nyaring dan bunyi tak nyaring perbedaan keduanya didasarkan pada derajat             kenyaringan. Hal tersebut sebenarnya adalah tinjauan menurut aspek audiotoris.
           Derajat  kenyaringan itu sendiri ditentukan oleh luas sempitnya/besar kecilbya ruang resonansi pada waktu bunyi tersebut diucapkan.
              Makin Luas ruang resonansi saluran bicara yang dipakai pada waktu membentuk bunyi      bahasa, maka makin tinggi pula derajat kenyaringannya, begitupula sebaliknya.


·     BUNYI DENGAN ARUS UDARA EGRESIF dan BUNYI DENGAN ARUS IGRESIF
      Bunyi Egresif                        : Pembentukan bunyi  yang dilaksanakan dengan arus udara yang
                                                      keluar dari paru-paru.
     Arah arus udara egresif dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Egresif Pulmonik            : Bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif (keluar) dengan
                                          mekanisme pulmonik.
2.      Egresif Glotalik               : Bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif (keluar) dengan
                                          mekanisme glotalik.
      Bunyi Igresif                         : Bunyi yang terbentuk dengan arah masuk ke dalam paru-paru.
      Igresif terbagi 2, yaitu ;
1.      Igresif Glotalik                : Bunyi bahasa yang terbentuk dengan arus udara Igresif (masuk)
                                          dengan mekanisme glotalik.
2.      Igresif Velarik                 : Bunyi yang terbentuk dengan arus udara Igresif (masuk) dengan
                                          mekanisme velarik.
PROSES PEMBENTUKAN VOKAL
Ada 4 kriteria, yaitu :
·        Berdasarkan tinggi-rendahnya lidah : 1. Vokal Tinggi, Contohnya : [i], [I],  [ᶙ] dan [u]
                                                                    2. Vokal Madya,Contohnya :[e],[ɛ],[ə],[o] dan[כ]
                                                                    3. Vokal Rendah, Contohnya ; [a]
·        Berdasarkan bagian lidah yang bergerak :  1. Vokal Depan, Contohnya: [i], [e]dan [ɛ]
                                                                       2. Vokal Tengah, Contohnya :  [ə],[a]
                                                                  3. Vokal Belakang, Contohnya: [o], [u], [ᶙ], [כ]
·        Berdasarkan hubungan posisional antara artikulator aktif dan articulator pasif
a.      Vokal Tertutup : Lidah terletak pada posisi tertinggi mendekati 
 langit- Langit. Contohnya : [i], [u]. [o] dan [ᶙ]
b.      Vokal Semi Tertutup : Lidah terletak  pada   dari vokal rendah.
Contohnya : [e] dan [ə]
c.      Vokal Semi Terbuka : Lidah terletak  pada   dari vokal rendah.
Contohnya : [a] dan [ɛ]
d.      Vokal Terbuka :  Lidah terletak pada posisi paing rendah.
Contohnya : [כ]dan [ɑ]
·        Berdasarkan bentuk bibir                         1. Bundar  ,Terbuka, contohnya : [o]
                                                                                         Tertutup, contohnya : [u] dan [ᶙ]
                                                                2. Netral, Contohnya : [e], [ə], [a]
                                                                3. Tak bundar, contohnya : [i], [ɛ]
Cara menghasilkan bunyi letup
1.      Cara hambatan/artikulasi di dalam mulut/alat ucap.
   Hukumnya wajib                         
   Contohnya : [p], [b]
   Proses : 1. Hambatan
            2. Letupan/Ekplosif. 

   Alat –Alat Ucap Manusia
§  Labial (Bibir) : Bunyi yang dihasilkan oleh 2 bibir yaitu Bilabial (bibir bawah    
  merapat pada bibir atas). Contohnya : [b], [m], [p]
§  Dental (Gigi) : 1. Apikodental : Karena yang merupakan artilkulator aktif
                          merupakan lidah bukan  gigi. Contohnya : [t]. [d]
      2. Labiodental, yaitu konsonan yang terjadi pada gigi bawah& 
            Bibir atas; gigi bawah merapat pada bibir atas.
          Contohnya :  bunyi [v], [f]
§  Langit-Langit Keras (Palatal) : Mediopalatal yaitu Konsonan ini terjadi jika
                                                 artikulator  aktifnya tengah lidah dan artikulator  
                                             pasifnya langit-langit keras. Contohnya : [g],[ny]
§  Langit-Langit Lunak (Velar)  :  Dorsovelar, yaitu konsonan yang terjadi pada
                                pangkal lidah dan velum atau langit-langit
                                  lunak.
                                             Contohnya : bunyi [k] dan [g].
§  Gusi (Alveolar)                 :  Lamionalveolar, yaitu konsonan yang terjadi 
                                                      pada  daun lidah dan gusi; dalam hal ini, daun
                                                      lidah menempel pada gusi.
                                                      Contohnya :bunyi [t],[d].
§  Lidah                                :  Ujung (Apiko).
                                                Tengah (Medio).
                                                Belakang /Pangkal (Dorso).

2.      Berdasarkan tempat hambatan.
3.      Berdasarkan striktur kuat (Berdasarkanhubungan posisional antara artikulator
aktif dan artikulator pasif).
4.      Berdasarkan bergetar/tidaknya pita suara

c. konsonan homorgan bahaasa jawa
  Konsonan Homorgan adalah Suatu pasangan konsonan yang berasal dari satu daerah
artikulasi ( daerah artikulasi yang sama ), namun pasangan konsonan tersebut berbeda dalam hal bersuara/tak bersuara.
No
Labial
( Bibir )
Dental
( Gigi )
Alvelolar
( Gusi )
Retrofleks
( Rongga Gigi)
Palatal
(Langit-Langit)
Velar
(Langt-Langit Lunak)
1.
[b] dan [p]
[f] dan [v]
[d] dan [t]
[ɖ] dan [ʈ]
[j] dan [c]
[g] dan [k]

v  Kehomorganan  ada 2 yaitu ada 2, yaitu
1.            Kehomorganan Penuh adalah Kehomoganan yang disebabkan karena adanya kesamaan letak daerah artikulasi bunyi yang dihasilkan dan dalam cara pengartikulasiannya. Contohnya : [b] dan [p],  [f] dan [v], [d] dan [t], [ɖ] dan [ʈ], [j] dan [c], [g] dan [k]
2.            Kehomorganan Sebagian adalah Kehormoganan yang disebabkan karena adanya kesamaaan letak daerah artikulasi bunyi yang dihasilkan namun dalam cara pengartikulasiaanya berbeda. Contohnya : [b] dan [m], [d] dan [s], [j] dan [ny], [g] dan [ng]
v  Bunyi Homorgan biasanya digunakan untuk mengidentifikasi suatu fonem.
        Misalnya ;
Bapak [Bapaʔ]      X       Papak [Papaʔ]
     ‘Bapak’                          ‘Tumpul’
Buta [Butɔ]               X        Wuta [Wutɔ]
Folded Corner: Walaupun pada contoh diatas bunyi [b] dan [p], [b] dan [w]  merupakan  bunyi distingtif, namun pada contoh dibawah ini bunyi [b] dan [w] hanya merupakan variasi bebas. Hal itu terdapat pada prinsip “one fonem once fonem”.

    ‘Raksasa’                          ‘Buta’





Misalnya ;
Bulan [Bulan]           X        Wulan [Wulan]
     ‘Bulan’                                 ‘Bulan’
Bae [Bae]                  X        Wae [Wae]
      ‘Saja’                                   ‘Saja’


v  Fonem Khas Bahasa Jawa
Ø   Berupa Bunyi Aspirat dan Bunyi Pranasal
1.      Bunyi Aspirat adalah Bunyi frikatif glotal tak bersuara/ bunyi [h]
Contoh :
Bapak → [Bhaphaʔ] Bapak
Sabar  → [Sabhar] Sabar
Pira     → [Pirhɔ] Berapa
Opah   → [Ophah] Upah
Folded Corner: Dalam bahasa jawa bunyi hambat bersuara dan tak bersuara yang beraspirat dan yang tidak beraspirat tidak membedakan makna, tidak seperti bahasa khmer-kamboja yang membedakan makna. 





Contoh
[Pha]                 X         [Pa:]
‘ Kain Sutera’                ‘Ayah’
[Kha]                 X          [Ka]
‘Bulan’                           ‘Memperbaiki’
2.      Bunyi Pranasal adalah Bunyi nasal yang mendahului suatu kata  ketika kata itu diucapkan. Namun pranasal tidak mengubah jenis kata yang kemungkinan besar itu merupakan afiks.
Contoh
Bogor  → [mbɔghɔr]
Jatisari → [njhathsari]
Folded Corner: Meskipun nasalselalu mendahului kata yang berupa nomina tempat yang berawal dengan konsonan hambat bersuara seperti contoh di atas namun ada konsonan hambat yang tidak mengalami prenasilasasi, misalnya Jakarta, Jepang dan Jerman.  Walaupun dahulu pernah diucapkan dengan cara seperti contoh diatas, namun karena pada saat itu orang jawa tidak begitu akrab dengan kata-kata tersebut, maka pengucapan kata-kata tersebut tidak mengalami perubahan, hanya saja kata Batavia, Betawi masih sering digunakan untuk menyebut nama Jakarta.
 












c.urutan fonem
           Urutan fonem dalam suku kata bahasa jawa atau kaidah fonataktik bahasa jawa ialah V, VK, Kn V, KVK, KKV, dan KKVK. Namun, urutan yang paling alamiah ialah KV.
Folded Corner:  Bunti nasal yang mendahului keterangan tempat tidak perly ditulis.
 





·                                 PERUBAHAN BUNYI
1.         MODIFIKASI VOKAL adalah perubahan vocal dalam sebuah suku kata menjadi lebih tinggiatau perubahan ciri belakang vocal menjadi depan bil diikuti oleh akhiran-akhiran tertentu (lapoliwa (1988:43)).
Modifikasi Vokal ada 2, yaitu:
Ø    Umlaut ; Umlaut cenderung akan meninggikan vocal.
           Contohnya ;
           [arit]           +      -e               [arite]
           ‘sabit’                           ‘sabitnya’
Ø    Harmoni Vokal ; perubahan vocal yang terjadi karena adanya pengaruh dari vocal lain.
           Contohnya ;
           [ɔpɔ]            +      -e               [apane]
           ‘apa’                                ‘apanya’     

2.         NETRALISASI BUNYI
           Netralisasi adalah pembatalan perbedaan minimal pada akhir kata (Verhaar, 1984:46)
           Contoh :
           [babad]            +      -e               [babate]
           ‘babad’                              ‘babadnya’

3.         PENGGESERAN BUNYI
Penggeseran Bunyi ada 2 yaitu :
Ø    Metatesis : proses perubahan bunyi yang terjadi karena bunyi tersebut berubah tempat.
           Contohnya ;
           wira-wiri [wira wiri]                  riwa-riwi [riwa riwi]
                ‘ke sana kemari’                 ‘ke sana kemari’
Ø    DISIMILASI merupakan proses perubahan bunyi dari 2 fonem yang sama menjadi fonem
                  yang berbeda dan biasanya terjadi karena  2 segmen bunyi yang sama terlalu 
                      berdekatan. 
    4.Penambahan bunyi
        Penambahan bunyi ada 3, yaitu :
Ø    Protesis merupakan penambahan fonem pada awalan kata yang biasanya terjadi
           kesulitan saat kata tersebut diucapkan.
           Misalnya :
           bok [ibu]           mbok ‘ibu’
Ø    Epentesis merupakan penambahan fonem pada tengah kata.
Misalnya :
kambil             krambil ‘kelapa’
Ø    Paragog merupakan penambahan fonem pada akhir kata.
Misalnya ;
ora               orak ‘bukan’
5.penngurangan bunyi abrevisia
p
        Abreviasi ada 3, yaitu ;
Ø    Aferesis merupaklan pengurangan bunyi pada awal kata.
            Contohhnya :
           bapakbapak ‘  à pak ‘ orang’
Ø         Sinkop merupakan pengurangan bunyi pada tengah kata.
           Contohnya ;
           Dhuwit ‘ uang’  à dhit ‘ uang’
Ø         Apokop merupakan pengurangan bunyi yang terdapat pada akhir kata
           Contohnya :
             Dhimas ‘ adik ‘   à dhi ‘ adik’

6VARIASI BEBAS                     merupakan perubahan bunyi yang tidak menyebabkan perubahan makna. Biasanya terjadi pada bunyi-bunyi yang homorgan diantaranya /b/, /w/, /d/ dan /t/, serta /g/ dan /k/
        Contohnya      :
        bae     ~     wae ‘saja’

e. EJAAN BAHASA JAWA     
     Menggunakan akasara jawa (Sriwedari, 1926).Menggunakan aksara latin (Pedoman Ejaan Bahasa Jawa Yang Yang Disesuaikan Dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang ditandangani oleh Syarif Thajib (18 maret 1974) bersama dengan Ejaan Bahasa Bali dan Sunda yang Disempurnakan).

§  PENULISAN VOKAL BAHASA JAWA
o   Penulisan [I]
Ketika ada bunyi [ӏ] yang mendapat imbuhan –e(-ne) dan bunyi [I] yang berubah menjadi [i], maka jika ditulis menggunakan aksara i, karena setelah mendapat imbuhan, akan berubah menjadi [i]
Contohnya :
cacing [caciɳ]         +      -e  à       cacinge [caciɳe]
o   Penulisan bunyi [ɔ]
                        Ketika ada bunyi [ɔ] yang mendapat imbuhan –e(-ne) dan bunyi [ɔ] yang berubah
menjadi [a], maka jika ditulis menggunakan aksara a, karena setelah mendapat imbuhan, akan berubah menjadi [a]
Contohnya :
kanca [kɔncɔ]        +      -e   à        kancane [kancane]
o   Penulisan [ᶙ]
Ketika ada bunyi [] yang mendapat imbuhan –e(-ne) dan bunyi [] yang berubah
menjadi [u], maka jika ditulis menggunakan aksara u, karena setelah mendapat imbuhan, akan berubah menjadi []
Contohnya :
parut [part]        +      -e   à       parute [parute]
     ‘parut’                                       ‘parutnya’

§  PENULISAN KONSONAN
o   Penulisan Bunyi Hambat Beraspirat [bunyi h]
        Meskipun dalam bahasa jawa sering mengandung bunyi aspirat , tetapi bunyi aspirat itu tidak perlu muncul.
                            Contohnya : [bʱisɔ] – bisa ‘dapat’
o   Penulisan Bunyi Pranasal
        Meskipun semua kata yang menyatakan nomina tempat dalam bahasa jawa  mengandung bunyi pranasal , tetapi  pranasal itu tidak perlu muncul.
Contohnya : [ⁿdʱesɔ] -- desa
o   Penulisan Bunyi Glotal
        Jika bunyi [k] terletak pada akhir kata maka akan dilafalkan menjadi [ʔ]. Namun penulisan aksaranya harus menggunakan k.
                            Contohnya : [ simbɔɁ] – simbok ‘ ibu’
o   Penulisan Retrofleks [ɖ] dan [ʈ]
        Bunyi retrofeks sering ditulis dengan dh dan th
Misalnya  : [ɖawʊh] – dhawuh ‘ perintah ‘
        Anjuran untuk menggunakan nama suatu geografis dengan mengikuti kaidah bahasa Indonesia merupakan bukti sistemikuntuk menghilangkan bunyi-bunyi khas bahasa Jawa.
                             Misalnya : [baʈiɁ] – bathik ‘ batik’
o   Penulisan Semi Vokal [y] dan [w]
        Semi vokal yang terdapat dalam kedua vocal yang berderet dalam kaidah bahasa Jawa harus ditulis, tetapi jika semivokal itu muncul akibat adanya penambahan afiks, maka tidak perlu ditulis.
       Semivokal pada kata asal
Misalnya :  [priyɔ] --  priya’lelaki’
Semivokal pada kata jadian
            Misalnya : wani + a -> [waniʸɔ] à wania ‘ beranilah ‘

o   Penulisan Glotal Fikatif Takbersuara
        Jika terdapat kata yang di dalamnya terdapat 2 vokal yang berbeda dan berderet, diantara deretan itu terdapat bunyi [h],maka  dalam kaidah bahasa jawa tidak perlu ditulis. Tetapi, jika terdapat kata asal yang berakhir dengan bunyi [h] dan kata tersebut mendapat imbuhan surfiks, maka bunyi [h] tersebut tetap ditulis.
Misalnya :
duduh    +   -e       à[duduhe] à    duduhekuahnya



§  EJAAN BAHASA JAWA dengan AKSARA JAWA

      Setelah perkembangannya agama islam yang masuk ke tanah jawa dan belanda menjajah bangsa Jawa. Bahasa Jawa mulai terpengaruh oleh bahasa Arab dan bahasa belanda. Hal itu dibuktikan karena bahasa Jawa mulai mengenal bunyi f, v,  q dan z. bunyi-bunyi tersebut ditulis dengan menggunakan aksara jawa dan diwujudkan dengan huruf pa, wa, ka dan sa ditulis dengan menggunakan aksara rekan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar