RANGKUMAN
FONOLOGI

NAMA : FATIKHATUL MUNIROH
PRODI/ROMBEL :
SASTRA JAWA/1
NIM : 2611412022
SEMESTER : 1
FAKULTAS BAHASA
DAN SENI
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2012-2013
FONOLOGI
·
Konsep Fonologi
·
Fonologi berasal dari kata fon dan logos (bunyi
dan ilmu),fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang dikeluarkan
oleh alat ucap manusia.
·
Bunyi Bahasa : Bunyi
Vokal (a, i, u, e, o, כ, ə,)
Bunyi Konsonan (dh, th, d, t, r, lsp)
Bunyi Sengau/nasal (m, -n, ny, -ng)
·
Alat Ucap Manusia (misalnya mulut, dsb)
·
Fonologi : 1. Fonetik ; Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang dikeluarkan oleh
alat ucap manusia untuk tidak pembeda arti. Contoh ; Geni, Angin, Batik dll
2. Fonemik ; Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang menggunakan
bunyi
untuk
mempelajari bunyi secara keseluruhan (tidak hanya bunyi bahasa saja)
untuk pembeda arti. Contoh ; Loro dan Lara (Lכrכ)
·
Fonetik ; 1. Organis/Artikulatoris : Mempelajari
bagaimana bunyi dapat dihasilkan oleh alat ucap
manusia. Misalnya : Bagaimana bunyi [p],
[b[ dihasilkan oleh
mulut.
2. Akustik :
Mempelajari sifat-bunyi. Misalnya ; Amplitudo, Intensitas
3. Audiotoris : Mempelajari bagaimana
bunyi dapat didengar oleh telinga
manusia. Misalnya :
Bagaimana bunyi ketukan yang dihasilkan

Fonem : Bunyi bahasa yang mandiri yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia dan memiliki
kemampuan untuk membedakan arti.
Fonem vokal :
Bunyi bahasa yang mandiri yang dihasilkan oleh alat ucap manusia ridak
mengalami
hambatan bunyi dan memilikikemampuan untuk
membedakan arti .
Misalnya ; a, i, u, e, o, כ, ə
Alofon :
Variasi dari sebuah fonem dan tidak memiliki kemampuan untuk membedakan
makna. Misalnya
; ɛ
·
Klasifikasi Bunyi Bahasa
·
VOKAL, KONSONAN,
SEMIVOKAL
Vokal :Bunyi yang pada proses
pengucapannya tidak ada hambatan pada alat ucap
manusia (tidak mengalami adanya artikulasi),
Konsonan : Bunyi yang diproduksi
dengan menghambat arus udara pada sebagian alat cap
manusia (terdapat artikulasi).
Semi Vokal :Bunyi yang secara
praktis termasuk konsonan tetapi karena pada saat
diartikulasikanbelum membentuk konsonan murni,
maka bunyi-bunyi tersebut disebut
bunyi semi-vokal atau semi-konsonan.
·
NASAL/SENGAU, ORAL
Nasal/Sengau : Bunyi yang terjadi
apabilaudara keluar/disertai keluarnya udara melalui rongga
hidung dengan cara
menyentuhkan langit-langit lunak beserta ujung anak tekaknya.
Oral : Bunyi yang terjadi ketika langit-langit lunak beserta ujung anak tekak
menaik dan
menutupimenutupi rongga hidungsehingga udara
hanya keluar melalui rongga
mulut
saja.
·
BUNYI KERAS (FORTES) dan BUNYI LUNAK (LENES)
Bunyi keras : Bunyi bahasa disebut keras apabila pada saat
diartikulasikan disertai ketegangan
kekuatan arus udara)
Bunyi Lunak : Bunyi bahasa disebut
lunak apabila pada saat diartikulasikan tidak disertai
ketegangan kekuatan arus udara.
·
BUNYI PANJANG dan BUNYI PENDEK
Bunyi panjang dan pendek perbedaan
keduanya didasarkan pada lamanya bunyi itu diucapkan/lamanya bunyi itu
diartikulasikan.
· BUNYI RANGKAP
(DIFTONG) dan BUNYI TUNGGAL
Bunyi Rangkap : Bunyi yang terdiri dari 2 bunyi yang terdapat pada
satu suku kata.
Bunyi Tunggal : Bunyi yang terdapat dalam 2 suku kata yang berbeda.
Klaster
terjadi apabila ada 2 konsonan yang berada padasatu suku kata.
·
BUNYI NYARING dan BUNYI TAK NYARING
Bunyi nyaring dan bunyi tak
nyaring perbedaan keduanya didasarkan pada derajat kenyaringan. Hal tersebut sebenarnya adalah tinjauan
menurut aspek audiotoris.
Derajat kenyaringan itu sendiri ditentukan oleh luas
sempitnya/besar kecilbya ruang resonansi pada waktu bunyi tersebut diucapkan.
Makin Luas ruang resonansi saluran
bicara yang dipakai pada waktu membentuk bunyi bahasa,
maka makin tinggi pula derajat kenyaringannya, begitupula sebaliknya.
· BUNYI DENGAN ARUS
UDARA EGRESIF dan BUNYI DENGAN ARUS IGRESIF
Bunyi
Egresif : Pembentukan bunyi
yang dilaksanakan dengan arus udara yang
keluar dari paru-paru.
Arah
arus udara egresif dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Egresif Pulmonik : Bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif
(keluar) dengan
mekanisme pulmonik.
2. Egresif Glotalik : Bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif
(keluar) dengan
mekanisme glotalik.
Bunyi
Igresif : Bunyi yang terbentuk dengan arah masuk ke dalam
paru-paru.
Igresif terbagi 2, yaitu ;
1. Igresif Glotalik : Bunyi bahasa yang terbentuk dengan arus udara Igresif
(masuk)
dengan mekanisme glotalik.
2. Igresif Velarik : Bunyi yang terbentuk dengan arus udara Igresif
(masuk) dengan
mekanisme velarik.
PROSES PEMBENTUKAN VOKAL
Ada 4 kriteria, yaitu :
·
Berdasarkan
tinggi-rendahnya lidah :
1. Vokal Tinggi,
Contohnya : [i], [I], [ᶙ] dan
[u]
2. Vokal
Madya,Contohnya :[e],[ɛ],[ə],[o] dan[כ]
3. Vokal Rendah,
Contohnya ; [a]
·
Berdasarkan bagian
lidah yang bergerak : 1. Vokal Depan, Contohnya: [i], [e]dan [ɛ]
2. Vokal
Tengah, Contohnya : [ə],[a]
3. Vokal Belakang,
Contohnya: [o], [u], [ᶙ], [כ]
·
Berdasarkan hubungan posisional antara artikulator
aktif dan articulator pasif
a. Vokal Tertutup : Lidah terletak pada posisi tertinggi mendekati
langit- Langit.
Contohnya : [i], [u]. [o] dan [ᶙ]
b. Vokal Semi Tertutup : Lidah terletak
pada
dari vokal rendah.

Contohnya : [e] dan [ə]
c. Vokal Semi Terbuka : Lidah terletak
pada
dari vokal rendah.

Contohnya : [a] dan [ɛ]
d. Vokal Terbuka :
Lidah terletak pada posisi paing rendah.
Contohnya : [כ]dan [ɑ]
·
Berdasarkan bentuk
bibir 1. Bundar ,Terbuka, contohnya : [o]
Tertutup, contohnya : [u] dan [ᶙ]
2. Netral, Contohnya : [e], [ə], [a]
3.
Tak bundar, contohnya : [i], [ɛ]
Cara menghasilkan bunyi letup
1.
Cara
hambatan/artikulasi di dalam mulut/alat ucap.
•
Hukumnya wajib
•
Contohnya : [p], [b]
•
Proses : 1. Hambatan
2.
Letupan/Ekplosif.
•
Alat –Alat Ucap
Manusia
§ Labial (Bibir) : Bunyi yang dihasilkan oleh 2 bibir yaitu
Bilabial (bibir bawah
merapat pada bibir atas). Contohnya : [b],
[m], [p]
§ Dental (Gigi) : 1. Apikodental : Karena yang merupakan
artilkulator aktif
merupakan lidah bukan gigi. Contohnya : [t]. [d]
2. Labiodental, yaitu konsonan yang terjadi pada gigi
bawah&
Bibir atas; gigi bawah
merapat pada bibir atas.
Contohnya : bunyi
[v], [f]
§ Langit-Langit Keras (Palatal) : Mediopalatal yaitu Konsonan
ini terjadi jika
artikulator aktifnya tengah lidah dan artikulator
pasifnya
langit-langit keras. Contohnya : [g],[ny]
§ Langit-Langit Lunak (Velar) : Dorsovelar, yaitu konsonan
yang terjadi pada
pangkal lidah dan velum atau langit-langit
lunak.
Contohnya
: bunyi [k] dan [g].
§ Gusi (Alveolar) : Lamionalveolar, yaitu konsonan yang terjadi
pada daun lidah dan gusi; dalam
hal ini, daun
lidah menempel pada gusi.
Contohnya :bunyi [t],[d].
§ Lidah : Ujung (Apiko).
Tengah
(Medio).
Belakang
/Pangkal (Dorso).
2.
Berdasarkan tempat
hambatan.
3.
Berdasarkan striktur
kuat (Berdasarkanhubungan posisional antara artikulator
aktif dan artikulator pasif).
4.
Berdasarkan
bergetar/tidaknya pita suara
c. konsonan homorgan bahaasa jawa
Konsonan Homorgan adalah Suatu pasangan konsonan yang berasal dari satu daerah
artikulasi ( daerah
artikulasi yang sama ), namun pasangan konsonan tersebut berbeda dalam hal
bersuara/tak bersuara.
No
|
Labial
( Bibir )
|
Dental
( Gigi )
|
Alvelolar
( Gusi )
|
Retrofleks
( Rongga Gigi)
|
Palatal
(Langit-Langit)
|
Velar
(Langt-Langit Lunak)
|
1.
|
[b] dan [p]
|
[f] dan [v]
|
[d] dan [t]
|
[ɖ]
dan [ʈ]
|
[j] dan [c]
|
[g] dan [k]
|
v Kehomorganan
ada 2 yaitu ada 2, yaitu
1.
Kehomorganan Penuh adalah Kehomoganan yang disebabkan karena adanya kesamaan letak daerah
artikulasi bunyi yang dihasilkan dan dalam cara pengartikulasiannya. Contohnya : [b] dan [p], [f] dan [v], [d] dan [t], [ɖ] dan [ʈ], [j] dan [c], [g] dan [k]
2.
Kehomorganan Sebagian adalah Kehormoganan yang disebabkan karena adanya kesamaaan letak daerah
artikulasi bunyi yang dihasilkan namun dalam cara pengartikulasiaanya berbeda. Contohnya
: [b] dan [m], [d] dan [s], [j] dan [ny], [g] dan [ng]
v Bunyi Homorgan biasanya digunakan untuk
mengidentifikasi suatu fonem.
Misalnya ;
Bapak [Bapaʔ] X
Papak [Papaʔ]
‘Bapak’ ‘Tumpul’
Buta [Butɔ]
X Wuta [Wutɔ]
![Folded Corner: Walaupun pada contoh diatas bunyi [b] dan [p], [b] dan [w] merupakan bunyi distingtif, namun pada contoh dibawah ini bunyi [b] dan [w] hanya merupakan variasi bebas. Hal itu terdapat pada prinsip “one fonem once fonem”.](file:///C:/Users/Fatih/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.png)
Misalnya ;
Bulan [Bulan] X Wulan [Wulan]
‘Bulan’
‘Bulan’
Bae [Bae] X Wae [Wae]
‘Saja’ ‘Saja’
v Fonem Khas Bahasa Jawa
Ø Berupa Bunyi Aspirat dan Bunyi Pranasal
1. Bunyi Aspirat adalah Bunyi frikatif glotal tak bersuara/
bunyi [h]
Contoh :
Bapak → [Bhaphaʔ] Bapak
Sabar →
[Sabhar] Sabar
Pira → [Pirhɔ]
Berapa
Opah → [Ophah]
Upah

Contoh
[Pha]
X [Pa:]
‘ Kain Sutera’ ‘Ayah’
[Kha]
X [Ka]
‘Bulan’ ‘Memperbaiki’
2. Bunyi Pranasal adalah Bunyi nasal yang mendahului suatu
kata ketika kata itu diucapkan. Namun
pranasal tidak mengubah jenis kata yang kemungkinan besar itu merupakan afiks.
Contoh
Bogor → [mbɔghɔr]
Jatisari → [njhathsari]
![]() |
c.urutan fonem
Urutan fonem dalam suku kata bahasa jawa atau kaidah
fonataktik bahasa jawa ialah V, VK, Kn V, KVK, KKV, dan KKVK. Namun, urutan yang paling
alamiah ialah KV.
![]() |
·
PERUBAHAN BUNYI
1.
MODIFIKASI VOKAL adalah perubahan vocal dalam sebuah suku kata menjadi lebih tinggiatau
perubahan ciri belakang vocal menjadi depan bil diikuti oleh akhiran-akhiran
tertentu (lapoliwa (1988:43)).
Modifikasi Vokal ada 2, yaitu:
Ø Umlaut ; Umlaut cenderung akan meninggikan vocal.
Contohnya ;

‘sabit’ ‘sabitnya’
Ø Harmoni Vokal ; perubahan vocal yang terjadi karena adanya pengaruh
dari vocal lain.
Contohnya ;

‘apa’ ‘apanya’
2.
NETRALISASI BUNYI
Netralisasi adalah pembatalan perbedaan minimal pada akhir kata
(Verhaar, 1984:46)
Contoh :

‘babad’ ‘babadnya’
3.
PENGGESERAN BUNYI
Penggeseran Bunyi ada
2 yaitu :
Ø Metatesis : proses perubahan bunyi yang terjadi karena bunyi
tersebut berubah tempat.
Contohnya ;

‘ke sana kemari’ ‘ke sana
kemari’
Ø DISIMILASI merupakan proses perubahan bunyi dari 2 fonem yang
sama menjadi fonem
yang berbeda dan
biasanya terjadi karena 2 segmen bunyi
yang sama terlalu
berdekatan.
4.Penambahan bunyi
Penambahan bunyi ada 3, yaitu :
Ø Protesis merupakan penambahan fonem pada awalan kata yang
biasanya terjadi
kesulitan
saat kata tersebut diucapkan.
Misalnya :

Ø Epentesis merupakan penambahan fonem pada tengah kata.
Misalnya :

Ø Paragog merupakan penambahan fonem pada akhir kata.
Misalnya ;

5.penngurangan bunyi abrevisia
p
Abreviasi
ada 3, yaitu ;
Ø Aferesis merupaklan pengurangan bunyi pada awal kata.
Contohhnya :
bapak‘bapak
‘ à
pak ‘ orang’
Ø Sinkop merupakan pengurangan bunyi pada tengah kata.
Contohnya ;
Dhuwit ‘ uang’ à dhit ‘ uang’
Ø Apokop merupakan pengurangan bunyi yang terdapat pada akhir
kata
Contohnya :
Dhimas ‘ adik
‘ à dhi ‘ adik’
6VARIASI BEBAS merupakan perubahan bunyi
yang tidak menyebabkan perubahan makna. Biasanya terjadi pada bunyi-bunyi yang
homorgan diantaranya /b/, /w/, /d/ dan /t/, serta /g/ dan /k/
Contohnya :
bae ~
wae ‘saja’
e. EJAAN
BAHASA JAWA
Menggunakan akasara
jawa (Sriwedari, 1926).Menggunakan aksara latin (Pedoman Ejaan Bahasa Jawa Yang Yang
Disesuaikan Dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang
ditandangani oleh Syarif Thajib (18
maret 1974) bersama dengan Ejaan Bahasa Bali dan Sunda yang Disempurnakan).
§ PENULISAN VOKAL BAHASA
JAWA
o
Penulisan [I]
Ketika ada bunyi [ӏ] yang mendapat imbuhan –e(-ne) dan
bunyi [I] yang berubah menjadi [i], maka jika ditulis menggunakan aksara i, karena setelah mendapat imbuhan,
akan berubah menjadi [i]
Contohnya :
cacing [caciɳ] +
-e à cacinge [caciɳe]
o
Penulisan bunyi [ɔ]
Ketika ada
bunyi [ɔ] yang mendapat imbuhan –e(-ne) dan bunyi [ɔ] yang berubah
menjadi [a], maka jika ditulis menggunakan aksara a, karena setelah mendapat imbuhan,
akan berubah menjadi [a]
Contohnya :
kanca [kɔncɔ] +
-e à kancane
[kancane]
o
Penulisan [ᶙ]
Ketika ada bunyi [ᶙ] yang mendapat imbuhan –e(-ne) dan bunyi [ᶙ] yang berubah
menjadi [u], maka jika ditulis menggunakan aksara u, karena setelah mendapat imbuhan,
akan berubah menjadi [ᶙ]
Contohnya :
parut [parᶙt] + -e à parute [parute]
‘parut’ ‘parutnya’
§ PENULISAN KONSONAN
o
Penulisan Bunyi Hambat Beraspirat [bunyi h]
Meskipun
dalam bahasa jawa sering mengandung bunyi aspirat , tetapi bunyi aspirat itu
tidak perlu muncul.
Contohnya
: [bʱisɔ] –
bisa ‘dapat’
o
Penulisan Bunyi Pranasal
Meskipun
semua kata yang menyatakan nomina tempat dalam bahasa jawa mengandung bunyi pranasal , tetapi pranasal itu tidak
perlu muncul.
Contohnya : [ⁿdʱesɔ] -- desa
o
Penulisan Bunyi Glotal
Jika
bunyi [k] terletak pada akhir kata maka akan dilafalkan menjadi [ʔ]. Namun penulisan
aksaranya harus menggunakan k.
Contohnya : [ simbɔɁ]
– simbok ‘ ibu’
o
Penulisan Retrofleks [ɖ] dan [ʈ]
Bunyi retrofeks sering ditulis dengan dh dan th
Misalnya : [ɖawʊh] – dhawuh
‘ perintah ‘
Anjuran untuk menggunakan nama suatu
geografis dengan mengikuti kaidah bahasa Indonesia merupakan bukti
sistemikuntuk menghilangkan bunyi-bunyi khas bahasa Jawa.
Misalnya
: [baʈiɁ] –
bathik ‘ batik’
o
Penulisan Semi Vokal [y] dan [w]
Semi
vokal yang terdapat dalam kedua vocal yang berderet dalam kaidah bahasa Jawa
harus ditulis, tetapi jika semivokal itu muncul akibat adanya penambahan afiks,
maka tidak perlu ditulis.
•
Semivokal pada kata asal
Misalnya : [priyɔ] -- priya’lelaki’
Semivokal pada kata
jadian
Misalnya : wani + a -> [waniʸɔ] à wania ‘ beranilah ‘
o
Penulisan Glotal Fikatif Takbersuara
Jika
terdapat kata yang di dalamnya terdapat 2 vokal yang berbeda dan berderet,
diantara deretan itu terdapat bunyi [h],maka
dalam kaidah bahasa jawa tidak perlu ditulis. Tetapi, jika terdapat kata
asal yang berakhir dengan bunyi [h] dan kata tersebut mendapat imbuhan surfiks,
maka bunyi [h] tersebut tetap ditulis.
Misalnya :
duduh + -e à[duduhe] à duduhe ‘kuahnya’
§ EJAAN BAHASA JAWA
dengan AKSARA JAWA
Setelah
perkembangannya agama islam yang masuk ke tanah jawa dan belanda menjajah
bangsa Jawa. Bahasa Jawa mulai terpengaruh oleh bahasa Arab dan bahasa belanda.
Hal itu dibuktikan karena bahasa Jawa mulai mengenal bunyi f, v, q dan z. bunyi-bunyi tersebut ditulis dengan
menggunakan aksara jawa dan diwujudkan dengan huruf pa, wa, ka dan sa ditulis
dengan menggunakan aksara rekan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar